Saturday 11 May 2013

TULISAN : Bahasa Indonesia 2# - Berkurangnya Nasionalisme di Kalangan Remaja

 
TULISAN : Bahasa Indonesia 2# - Berkurangnya Nasionalisme di Kalangan Remaja

Nama         : 1. Dedy Setiady Syaiful ( 11210756 )
                    2. Triany Syafrilia          ( 19210684 )

Nasionalisme merupakan suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Nasionalisme sangat dibutuhkan bagi seluruh warga negara Indonesia, karena paham inilah yang dapat menjaga keutuhan negara. Rasa persatuan dan kesatuan hanya dapat terwujud ketika seluruh masyarakat memiliki rasa nasionalisme yang kuat. Tanpa memiliki rasa etnosentris yang berlebihan yang dapat memicu perpecahan. Namun sifat kedaerahan tersebut melebur menjadi satu dibawah payung nasionalisme.
Kami menyoroti nasionalisme kaum muda karena nasionalisme golongan mudalah yang saat ini sedang mengalami ancaman. Golongan muda sebagai penerus bangsa diharapkan memiliki rasa nasionalisme. Namun sebaliknya globalisasi dan westernisasi sangat mengancam nasionalisme golongan muda.
Semua ancaman tersebut harus dapat diminimalisir dengan berbagai cara. Karena bila dibiarkan secara terus menerus, dapat menggerus nasionalisme golongan muda dan hal itu dapat mengancam eksistensi NKRI. 

Nasionalisme

Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) dan natie (Belanda), yang berarti bangsa. Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemampuan untuk bersatu, karena adanya persamaan nasib, cita-cita, dan tujuan. Pengertian nasionalisme yang dihubungkan dengan perasaan kebangsaan telah dijelaskan oleh pemikir-pemikir seperti Joseph Ernest Renan (1823-1892) dan Otto Bouwer (1882-1939). J.Ernest Renan yang menganut aliran nasionalisme yang didasarkan faktor kemanusiaan, mengemukakan bahwa munculnya suatu bangsa karena adanya kehendak untuk bersatu (satu suara persatuan). Sedangkan Otto Bouwer mengungkapkan bahwa perasaan kebangsaan timbul karena persamaan perangai dan tingkah laku dalam memperjuangkan persatuan dan nasib bersama. Keduanya berpendapat bahwa nasionalisme timbul karena faktor kemanusiaan, tetapi keduanya memberikan tekanan yang berbeda. Pertama, J. Ernest Renan menekankan faktor persamaan nasib, sedangkan Otto Bouwer menggariskan faktor persamaan nasib. Kedua, dengan perbedaan tekanan maka kesimpulan tentang nasionalisme juga berbeda. Menurut J. Ernest Renan, suatu bangsa timbul karena dorongan kemauan (contohnya bangsa Amerika Serikat); sedangkan Otto Bouwer, suatu bangsa timbul karena pengalaman penderitaan, kesengsaraan, dan kepahitan hidup yang sama. Contoh seperti nasionalisme di negara-negara Asia dan Afrika; timbul akibat persaman nasib sebagai bangsa yang terjajah.
Sedangkan Hans Kohn (1986), menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Slamet Mulyana (1986) menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran berbangsa dan bernegara atau semangat bernegara. Sejarawan Indonesia, Sartono Kartodirdjo menjelaskan nasionalisme sebagai fenomena historis timbul sebagai jawaban terhadap kondisi-kondisi  historis, politis, ekonomi, dan sosial tertentu. Nasionalisme dalam taraf pembentukannya seperti masa-masa Pergerakan Nasional dihubungkan dengan unsur-unsur subjektif. Unsur-unsur itu dapat dilihat dengan adanya istilah-istilah: group counsciousness, we-sentiment, corporate will dan bermacam-macam fakta mental lainnya. Pada taraf ini nasionalisme belum memasukkan unsur-unsur objektif seperti territorial (wilayah), negara, bahasa, dan tradisi bersama.

Fenomena yang Terjadi
Setelah merumuskan beberapa konsep nasionalisme diatas, kami akan mencoba mengungkapkan fakta yang terjadi di masyarakat kaitannya dengan rasa nasionalisme masyarakat Indonesia terutama kaum pemuda. Hasil perjuangan bangsa kita  di masa revolusi adalah tercapainya kemerdekaan, yang berarti tercapainya cita-cita bangsa kita untuk memiliki kedaulatan. Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara merdeka. Sebelum kita mencapai kemerdekaan, bangsa kita hidup di bawah penjajahan asing. Kemerdekaan itu tercapai berkat perjuangan pahlawan-pahlawan yang mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi. Sedangkan hari sumpah pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober merupakan salah satu wujud nasionalisme dari kalangan pemuda. Yang mempunyai arti tekad dan persatuan, kesatuan dan rasa saling memiliki yang telah dipelopori oleh para pemuda sebelum kita merdeka. Kemerdekaan yang menjadi hak kita itu tidak akan membawa keuntungan jika kita tidak menjaganya dan tidak bekerja keras dalam pembangunan nasional. Kemerdekaan itu sesungguhnya hanyalah merupakan modal untuk membina bangsa yang sejahtera. Kita sebagai pemuda harus bangga sebagai warga Negara Indonesia dan wajib mengisi kemerdekaan dengan pembangunan sesuai dengan kemampuan dan peran kita saat ini, tetapi kebanggaan yang ditonjolkan haruslah kebanggaan yang dapat dirasakan oleh seluruh bangsa. Jangan sekali-sekali menonjolkan prestasi suku ataupun golongan secara berlebih-lebihan agar tidak memperlemah persatuan nasional. Menggunakan bahasa daerah kepada golongan yang tidak mengerti bahasa tersebut adalah perbuatan yang sangat tidak bijaksana. Maka dari itu, sifat tenggang rasa demi kesetiakawanan nasional harus dipupuk terus-menerus khususnya kepada generasi muda, dengan cara membangun bangsa dan negara dengan wawasan nusantara. Dewasa ini hubungan antar bangsa sangat erat, untuk itu masyarakat utamanya generasi muda harus membuka diri dengan kebudayaan lain. Bangsa yang menutup rapat-rapat dirinya akan ditinggal oleh kemajuan zaman, akan ditinggal oleh kemajuan bangsa-bangsa lain. Dalam meletakkan masyarakat modern, usaha untuk menyerap masuknya modal asing, teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan dari luar, akan terbawa pula nilai-nilai sosial dan politik yang berasal dari kebudayaan lain. Masuknya nilai-nilai kebudayaan lain ini akan makin deras mengalir sejalan dengan kebebasan dan keterbukaan.
Nasionalisme muncul dari kehendak untuk merdeka dari penjajahan bangsa lain serta persamaan nasib bangsa yang bersangkutan, sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Ernest Renan, Otto Bauwer dan Petter Tomasoa. Namun di era modern konsep itu tidak lagi sepenuhnya bisa diterima. Gagasan nasionalisme awal hanya terpaku pada kehendak untuk merdeka atau “nasionalisme yang ingin memiliki negara”. Namun bila kemerdekaan sudah tecapai secara perlahan akan lenyaplah nasionalisme tersebut. Sepertinya hal itulah yang kini sedang menimpa kaum muda Indonsia. Nasionalisme kaum muda menglami erosi yang luar biasa. Berapa banyak kaum muda yang tau bahwa 10 November adalah hari pahlawan? Kalaupun ada yang tau, berapa banyak yang bisa memaknai hari pahlawan tersebut? Pasti tidak banyak. Karena kini rasa nasionalisme yang tumbuh di kalangan pemuda sudah mengalami pendangkalan makna. Daya kritis pemuda mulai luntur, diganti oleh kepentingan pragmatis kekuasaan. Mereka cenderung menjadi beban Negara, ketimbang sebagai asset yang senantiasa memberikan input konstruktif dan suri tauladan yang baik.
Bagi para pemuda nasionalisme hanyalah usaha membela bangsa guna mengusir penjajah. Seolah-olah bagi pemuda masa kini nasionalisme bukan sesuatu yang penting lagi. Nasionalisme hanya milik tentara dan mereka perlu memiliki rasa nasionalisme hanya disaat mereka hormat pada Bendera Sang Merah Putih pada saat upacara bendera hari Senin di sekolahnya. Semangat untuk berkorban, berbakti dan berjuang demi bangsa dan negara cenderung hilang, Karena mereka merasa sudah tidak ada lagi musuh yang mampu membangkitkan persatuan dan rasa kebangsaan. Mereka lupa bahwa setelah revolusi fisik di masa lalu, justru musuh-musuh bangsa semakin banyak dan beragam. Memang perjuangan tidak lagi sekedar dimaknai sebagai aksi memanggul senjata. Di era modern perjuangan lebih berat. Sebab musush tidak sekedar berasal dari luar, tidak nyata, bahkan boleh jadi sosoknya adalah diri kita sendiri. Musuh tersebut bisa berbentuk kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, kemalasan, ketidakrelaan untuk berkorban terhadap sesama atau berempati pada konsisi sosial dan lain sebagainya.
Eddy Setiawan, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI), menilai degradasi nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia kondisinya semakin parah karena belum adanya pembaharuan atas pemahaman dan prinsip nasionalisme dalam diri pemuda. Kegagalan meredefinisi nilai-nilai nasionalisme telah menyebabkan hingga kini belum lahir sosok pemuda Indonesia yang dapat menjadi teladan. Akibatnya peran orang tua masih sangat mendominasi segala sektor kehidupan berbangsa dan bernegara.
Eddy menilai runtuhnya nasionalisme tidak terlepas dari ekspansi tanpa henti dari pengaruh globalisasi. Bahkan saat ini, pemuda Indonesia seperti kehilangan akar yang kuat sebagai bagian dari elemen bangsa. Westernisasi terus menggerus nasionalisme, pemuda lebih enjoy clubbing sebagai salah satu budaya hedonis daripada berdiskusi mengenai nasionalisme. Perilaku kebarat-baratan sudah semakin parah menjangkiti pemuda utamanya pemuda yang menetap di kota. Bahkan sudah menjadi rahasia umum bila kini kebanyakan pemuda lebih bangga jika ia bisa dengan lancar mengucapan dan menyanyikan bahasa asing, padahal belum tentu ia bisa berkata menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai EYD. Yang lebih parah lagi belum tentu mereka dapat menyanyikan lagu kebangsaan atau lagu daerahnya masing-masing dengan lancar dan benar. Tergerusnya akar tradisi sebagai bangsa Indonesia akibat ekspansi globalisasi bisa menjadi ancaman besar bagi eksistensi NKRI.
Memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa globalisasi saat ini sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya rasa nasionalisme dikalangan pemuda. Pengaruh tersebut meliputi pengaruh positif dan negatif. Globalisasi membawa pengaruh diberbagai segi kehidupan baik kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain yang tentunya akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme khususnya generasi muda terhadap bangsa. Berikut ini pengaruh positif dan negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme.
Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme:
  1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
  2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
  3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme
  1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
  2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia
  3. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
  4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
  5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Pengaruh-pengaruh diatas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi memudar atau bahkan hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda, sehingga pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga  begitu  kuat. Pengaruh tersebut banyak menimbulkan para pemuda kehilangan kepribadian diri sebagai warga negara Indonesia. Yang paling utama mendapat serangan adalah kaum muda, karena kondisi psikisnya yang masih labil sehingga muda terpengaruh apalagi mengenai gaya hidup. Hal ini ditunjukan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak muda jaman sekarang. Sebagai contoh, dari cara berpakaian banyak sekali pemuda yang mengenakan pakaian cenderung bercermin pada ke budaya barat yang jelas-jelas sangat bertolak belakang dengan budaya bangsa Indonesia. Selain itu, teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapapun. Jika digunakan semestinya tentu kita akan memperoleh manfaat yang sangat berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat dampak negatif. Dewasa ini dapat dilihat bahwa para pemuda yang merupakan generasi bangsa tidak bisa lepas dari internet atau alat komunikasi lainnya. Sehingga, menyebabkan banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek terhadap lingkungannya. Karena mereka cenderung lebih sering melakukan komunikasi melalui media dan jarang bertatap muka secara langsung, juga karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati. Jika pengaruh-pengaruh tersebut dibiarkan, maka dapat disimpulkan nilai nasionalisme dari para pemuda akan berkurang karena tidak adanya rasa cinta terhadap budanya bangsa sendiri dan tidak adanya rasa peduli terhadap lingkungan masyarakatnya.
Fenomena tersebut telah menjadi fakta, di dukung oleh berbagai kasus yang semakin merendahkan eksistensi pemuda dalam masyarakat. Berikut ini artikel yang menggambarkan merosotnya rasa nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia.

Kesimpulan
Yang terjadi saat ini, nasionalisme masyarakat Indonesia mulai terkikis akibat pengaruh globalisasi yang semakin deras. Pengaruh tersebut dirasa dalam berbagai aspek kehidupan mulai dari ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya. Utamanya globalisaasi sangat mengancam kaum muda karena kondisis psikis kaum muda terbilang masih labil sehingga mudah mendapat pengaruh dari luar. Hal itu bisa dilihat dari gaya hidup sebagian besar pemuda yang cenderung kebarat-baratan. Mereka kurang sadar akan ancaman tersebut dan kurang menganggap penting nasionalisme. Daya kritis pemuda Indonesia mulai luntur dan diganti dengan kepentingan pragmaatis kekuasaan. Dan masih banyak lagi dampak negatif globalisasi yang mengancam nasionalisme kaum muda. Kita tahu bahwa pemerintahan Indonesia akan dilanjutkan oleh kaum muda tersebut dan dapat dibayangkan bagaimana nasib bangsa jika di pimpin dengan pemuda yang kurang paham mengenaai jati diri bangsa.
Ada berbagai cara guna meminimalisir berbagai ancaman tersebut. Antara lain dengan penanaman nasionalisme sejak dini, misalnya dengan pengenalan lagu-lagu daerah dan aneka ragam budaya Indonesia yang diajarkan kepada anak-anak sejak mereka duduk di bangku TK. Globalisasi yang deras tidak harus serta merta ditolak, namun harus melalui berbagai penyaringan, karena kita tahu globalisasi tidak hanya membawa dampak negatif melainkan juga dampak positif. Pemuda Indonesia harus memiliki sifat selektif. Pengaruh yang membawa dampak positif, dirasa penting dan sesuai dengan kebudayaan bangsa bisa diterima dan diterapkan, namun budaya asing yang dirasa kurang penting apalagi tidak sesuai dengan kepribadian bangsa harus segera dihindari. Selain itu Pemerintah Indonesia juga sangat berkontribusi mengenai masalah ini, pemerintah harus mengikut sertakan pemuda dalam berbagai kegiatan, agar para pemuda tersebut merasa ikut andil dalam rangka mengisi kemerdekaan. Pemerintah juga harus bersikap adil dan transparan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia, agar pemuda tidak memiliki rasa kecewa terhadap pemeritahan Indonesia yang dapat menimbulkan perasaan antipasti terhadap bangsa.

 Referensi :

No comments:

Post a Comment