TULISAN : Bahasa Indonesia 2# - Berkurangnya
Nasionalisme di Kalangan Remaja
Nama : 1. Dedy Setiady Syaiful ( 11210756 )
2. Triany Syafrilia ( 19210684 )
Nasionalisme merupakan suatu paham yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas
bersama untuk sekelompok manusia. Nasionalisme sangat dibutuhkan bagi seluruh
warga negara Indonesia, karena paham inilah yang dapat menjaga keutuhan negara.
Rasa persatuan dan kesatuan hanya dapat terwujud ketika seluruh masyarakat
memiliki rasa nasionalisme yang kuat. Tanpa memiliki rasa etnosentris yang
berlebihan yang dapat memicu perpecahan. Namun sifat kedaerahan tersebut
melebur menjadi satu dibawah payung nasionalisme.
Kami
menyoroti nasionalisme kaum muda karena nasionalisme golongan mudalah yang saat
ini sedang mengalami ancaman. Golongan muda sebagai penerus bangsa diharapkan
memiliki rasa nasionalisme. Namun sebaliknya globalisasi dan westernisasi
sangat mengancam nasionalisme golongan muda.
Semua
ancaman tersebut harus dapat diminimalisir dengan berbagai cara. Karena bila
dibiarkan secara terus menerus, dapat menggerus nasionalisme golongan muda dan
hal itu dapat mengancam eksistensi NKRI.
Nasionalisme
Nasionalisme
berasal dari kata nation (Inggris) dan natie (Belanda), yang
berarti bangsa. Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah
tertentu dan memiliki hasrat serta kemampuan untuk bersatu, karena adanya
persamaan nasib, cita-cita, dan tujuan. Pengertian
nasionalisme yang dihubungkan dengan perasaan kebangsaan telah dijelaskan oleh
pemikir-pemikir seperti Joseph Ernest Renan (1823-1892) dan Otto
Bouwer (1882-1939). J.Ernest Renan yang menganut aliran nasionalisme yang
didasarkan faktor kemanusiaan, mengemukakan bahwa munculnya suatu bangsa karena
adanya kehendak untuk bersatu (satu suara persatuan). Sedangkan Otto Bouwer
mengungkapkan bahwa perasaan kebangsaan timbul karena persamaan perangai dan
tingkah laku dalam memperjuangkan persatuan dan nasib bersama. Keduanya
berpendapat bahwa nasionalisme timbul karena faktor kemanusiaan, tetapi
keduanya memberikan tekanan yang berbeda. Pertama, J. Ernest Renan menekankan
faktor persamaan nasib, sedangkan Otto Bouwer menggariskan faktor persamaan nasib.
Kedua, dengan perbedaan tekanan maka kesimpulan tentang nasionalisme juga
berbeda. Menurut J. Ernest Renan, suatu bangsa timbul karena dorongan kemauan
(contohnya bangsa Amerika Serikat); sedangkan Otto Bouwer, suatu bangsa timbul
karena pengalaman penderitaan, kesengsaraan, dan kepahitan hidup yang sama.
Contoh seperti nasionalisme di negara-negara Asia dan Afrika; timbul akibat
persaman nasib sebagai bangsa yang terjajah.
Sedangkan
Hans Kohn (1986),
menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa
kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Slamet
Mulyana (1986) menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran
berbangsa dan bernegara atau semangat bernegara. Sejarawan Indonesia, Sartono
Kartodirdjo menjelaskan nasionalisme sebagai fenomena historis timbul
sebagai jawaban terhadap kondisi-kondisi historis, politis, ekonomi, dan
sosial tertentu. Nasionalisme dalam taraf pembentukannya seperti masa-masa
Pergerakan Nasional dihubungkan dengan unsur-unsur subjektif. Unsur-unsur itu
dapat dilihat dengan adanya istilah-istilah: group counsciousness,
we-sentiment, corporate will dan bermacam-macam fakta mental lainnya. Pada
taraf ini nasionalisme belum memasukkan unsur-unsur objektif seperti territorial
(wilayah), negara, bahasa, dan tradisi bersama.
Fenomena
yang Terjadi
Setelah merumuskan beberapa konsep nasionalisme
diatas, kami akan mencoba mengungkapkan fakta yang terjadi di masyarakat
kaitannya dengan rasa nasionalisme masyarakat Indonesia terutama kaum pemuda. Hasil
perjuangan bangsa kita di masa revolusi adalah tercapainya kemerdekaan,
yang berarti tercapainya cita-cita bangsa kita untuk memiliki kedaulatan.
Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara merdeka. Sebelum kita
mencapai kemerdekaan, bangsa kita hidup di bawah penjajahan asing. Kemerdekaan itu tercapai berkat perjuangan pahlawan-pahlawan yang mempunyai
rasa nasionalisme yang tinggi. Sedangkan hari sumpah pemuda yang diperingati
setiap tanggal 28 Oktober merupakan salah satu wujud nasionalisme dari kalangan
pemuda. Yang mempunyai arti tekad dan persatuan, kesatuan dan rasa saling
memiliki yang telah dipelopori oleh para pemuda sebelum kita merdeka.
Kemerdekaan yang menjadi hak kita itu tidak akan membawa keuntungan jika kita
tidak menjaganya dan tidak bekerja keras dalam pembangunan nasional.
Kemerdekaan itu sesungguhnya hanyalah merupakan modal untuk membina bangsa yang
sejahtera. Kita sebagai
pemuda harus bangga sebagai warga Negara Indonesia dan wajib mengisi
kemerdekaan dengan pembangunan sesuai dengan kemampuan dan peran kita saat ini,
tetapi kebanggaan yang ditonjolkan haruslah kebanggaan yang dapat dirasakan
oleh seluruh bangsa. Jangan sekali-sekali menonjolkan prestasi suku ataupun
golongan secara berlebih-lebihan agar tidak memperlemah persatuan nasional.
Menggunakan bahasa daerah kepada golongan yang tidak mengerti bahasa tersebut
adalah perbuatan yang sangat tidak bijaksana. Maka dari itu, sifat tenggang
rasa demi kesetiakawanan nasional harus dipupuk terus-menerus khususnya kepada
generasi muda, dengan cara membangun bangsa dan negara dengan wawasan
nusantara. Dewasa ini hubungan antar bangsa sangat erat, untuk itu masyarakat
utamanya generasi muda harus membuka diri dengan kebudayaan lain. Bangsa yang
menutup rapat-rapat dirinya akan ditinggal oleh kemajuan zaman, akan ditinggal
oleh kemajuan bangsa-bangsa lain. Dalam meletakkan masyarakat modern, usaha
untuk menyerap masuknya modal asing, teknologi, ilmu pengetahuan, dan
ketrampilan dari luar, akan terbawa pula nilai-nilai sosial dan politik yang berasal
dari kebudayaan lain. Masuknya nilai-nilai kebudayaan lain ini akan makin deras
mengalir sejalan dengan kebebasan dan keterbukaan.
Nasionalisme
muncul dari kehendak untuk merdeka dari penjajahan bangsa lain serta persamaan
nasib bangsa yang bersangkutan, sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Ernest
Renan, Otto Bauwer dan Petter Tomasoa. Namun di era modern konsep itu tidak
lagi sepenuhnya bisa diterima. Gagasan nasionalisme awal hanya terpaku pada
kehendak untuk merdeka atau “nasionalisme yang ingin memiliki negara”. Namun
bila kemerdekaan sudah tecapai secara perlahan akan lenyaplah nasionalisme
tersebut. Sepertinya hal itulah yang kini sedang menimpa kaum muda Indonsia.
Nasionalisme kaum muda menglami erosi yang luar biasa. Berapa banyak kaum muda
yang tau bahwa 10 November adalah hari pahlawan? Kalaupun ada yang tau, berapa
banyak yang bisa memaknai hari pahlawan tersebut? Pasti tidak banyak. Karena
kini rasa nasionalisme yang tumbuh di kalangan pemuda sudah mengalami
pendangkalan makna. Daya kritis pemuda mulai luntur, diganti oleh kepentingan
pragmatis kekuasaan. Mereka cenderung menjadi beban Negara, ketimbang sebagai
asset yang senantiasa memberikan input konstruktif dan suri tauladan yang baik.
Bagi para
pemuda nasionalisme hanyalah usaha membela bangsa guna mengusir penjajah.
Seolah-olah bagi pemuda masa kini nasionalisme bukan sesuatu yang penting lagi.
Nasionalisme hanya milik tentara dan mereka perlu memiliki rasa nasionalisme
hanya disaat mereka hormat pada Bendera Sang Merah Putih pada saat upacara
bendera hari Senin di sekolahnya. Semangat untuk berkorban, berbakti dan
berjuang demi bangsa dan negara cenderung hilang, Karena mereka merasa sudah
tidak ada lagi musuh yang mampu membangkitkan persatuan dan rasa kebangsaan.
Mereka lupa bahwa setelah revolusi fisik di masa lalu, justru musuh-musuh
bangsa semakin banyak dan beragam. Memang perjuangan tidak lagi sekedar
dimaknai sebagai aksi memanggul senjata. Di era modern perjuangan lebih berat.
Sebab musush tidak sekedar berasal dari luar, tidak nyata, bahkan boleh jadi
sosoknya adalah diri kita sendiri. Musuh tersebut bisa berbentuk kebodohan,
kemiskinan, keterbelakangan, kemalasan, ketidakrelaan untuk berkorban terhadap
sesama atau berempati pada konsisi sosial dan lain sebagainya.
Eddy
Setiawan, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI),
menilai degradasi nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia kondisinya semakin
parah karena belum adanya pembaharuan atas pemahaman dan prinsip nasionalisme
dalam diri pemuda. Kegagalan meredefinisi nilai-nilai nasionalisme telah
menyebabkan hingga kini belum lahir sosok pemuda Indonesia yang dapat menjadi
teladan. Akibatnya peran orang tua masih sangat mendominasi segala sektor
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Eddy menilai runtuhnya nasionalisme tidak terlepas dari ekspansi tanpa henti dari pengaruh globalisasi. Bahkan saat ini, pemuda Indonesia seperti kehilangan akar yang kuat sebagai bagian dari elemen bangsa. Westernisasi terus menggerus nasionalisme, pemuda lebih enjoy clubbing sebagai salah satu budaya hedonis daripada berdiskusi mengenai nasionalisme. Perilaku kebarat-baratan sudah semakin parah menjangkiti pemuda utamanya pemuda yang menetap di kota. Bahkan sudah menjadi rahasia umum bila kini kebanyakan pemuda lebih bangga jika ia bisa dengan lancar mengucapan dan menyanyikan bahasa asing, padahal belum tentu ia bisa berkata menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai EYD. Yang lebih parah lagi belum tentu mereka dapat menyanyikan lagu kebangsaan atau lagu daerahnya masing-masing dengan lancar dan benar. Tergerusnya akar tradisi sebagai bangsa Indonesia akibat ekspansi globalisasi bisa menjadi ancaman besar bagi eksistensi NKRI.
Eddy menilai runtuhnya nasionalisme tidak terlepas dari ekspansi tanpa henti dari pengaruh globalisasi. Bahkan saat ini, pemuda Indonesia seperti kehilangan akar yang kuat sebagai bagian dari elemen bangsa. Westernisasi terus menggerus nasionalisme, pemuda lebih enjoy clubbing sebagai salah satu budaya hedonis daripada berdiskusi mengenai nasionalisme. Perilaku kebarat-baratan sudah semakin parah menjangkiti pemuda utamanya pemuda yang menetap di kota. Bahkan sudah menjadi rahasia umum bila kini kebanyakan pemuda lebih bangga jika ia bisa dengan lancar mengucapan dan menyanyikan bahasa asing, padahal belum tentu ia bisa berkata menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai EYD. Yang lebih parah lagi belum tentu mereka dapat menyanyikan lagu kebangsaan atau lagu daerahnya masing-masing dengan lancar dan benar. Tergerusnya akar tradisi sebagai bangsa Indonesia akibat ekspansi globalisasi bisa menjadi ancaman besar bagi eksistensi NKRI.
Memang tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa globalisasi saat ini sangat berpengaruh terhadap
tumbuh kembangnya rasa nasionalisme dikalangan pemuda. Pengaruh tersebut
meliputi pengaruh positif dan negatif. Globalisasi membawa pengaruh diberbagai
segi kehidupan baik kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan
lain-lain yang tentunya akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme khususnya
generasi muda terhadap bangsa. Berikut ini pengaruh positif dan negatif
globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme.
Pengaruh
positif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme:
- Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
- Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
- Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Pengaruh
negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme
- Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
- Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia
- Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
- Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
- Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Pengaruh-pengaruh
diatas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan
tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa
menjadi memudar atau bahkan hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala
masyarakat secara global. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam
masyarakat terutama di kalangan muda, sehingga pengaruh globalisasi terhadap
anak muda juga begitu kuat. Pengaruh tersebut banyak menimbulkan
para pemuda kehilangan kepribadian diri sebagai warga negara Indonesia. Yang
paling utama mendapat serangan adalah kaum muda, karena kondisi psikisnya yang
masih labil sehingga muda terpengaruh apalagi mengenai gaya hidup. Hal ini
ditunjukan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak
muda jaman sekarang. Sebagai contoh, dari cara berpakaian banyak sekali pemuda
yang mengenakan pakaian cenderung bercermin pada ke budaya barat yang
jelas-jelas sangat bertolak belakang dengan budaya bangsa Indonesia. Selain
itu, teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa
batas dan dapat diakses oleh siapapun. Jika digunakan semestinya tentu kita
akan memperoleh manfaat yang sangat berguna. Tetapi jika tidak, kita akan
mendapat dampak negatif. Dewasa ini dapat dilihat bahwa para pemuda yang
merupakan generasi bangsa tidak bisa lepas dari internet atau alat komunikasi
lainnya. Sehingga, menyebabkan banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak
kenal sopan santun dan cenderung cuek terhadap lingkungannya. Karena mereka
cenderung lebih sering melakukan komunikasi melalui media dan jarang bertatap
muka secara langsung, juga karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan
sehingga mereka bertindak sesuka hati. Jika pengaruh-pengaruh tersebut
dibiarkan, maka dapat disimpulkan nilai nasionalisme dari para pemuda akan
berkurang karena tidak adanya rasa cinta terhadap budanya bangsa sendiri dan
tidak adanya rasa peduli terhadap lingkungan masyarakatnya.
Fenomena
tersebut telah menjadi fakta, di dukung oleh berbagai kasus yang semakin
merendahkan eksistensi pemuda dalam masyarakat. Berikut ini artikel yang
menggambarkan merosotnya rasa nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia.
Kesimpulan
Yang terjadi
saat ini, nasionalisme masyarakat Indonesia mulai terkikis akibat pengaruh
globalisasi yang semakin deras. Pengaruh tersebut dirasa dalam berbagai aspek
kehidupan mulai dari ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya. Utamanya
globalisaasi sangat mengancam kaum muda karena kondisis psikis kaum muda
terbilang masih labil sehingga mudah mendapat pengaruh dari luar. Hal itu bisa
dilihat dari gaya hidup sebagian besar pemuda yang cenderung kebarat-baratan.
Mereka kurang sadar akan ancaman tersebut dan kurang menganggap penting
nasionalisme. Daya kritis pemuda Indonesia mulai luntur dan diganti dengan
kepentingan pragmaatis kekuasaan. Dan masih banyak lagi dampak negatif
globalisasi yang mengancam nasionalisme kaum muda. Kita tahu bahwa pemerintahan
Indonesia akan dilanjutkan oleh kaum muda tersebut dan dapat dibayangkan
bagaimana nasib bangsa jika di pimpin dengan pemuda yang kurang paham mengenaai
jati diri bangsa.
Ada berbagai
cara guna meminimalisir berbagai ancaman tersebut. Antara lain dengan penanaman
nasionalisme sejak dini, misalnya dengan pengenalan lagu-lagu daerah dan aneka
ragam budaya Indonesia yang diajarkan kepada anak-anak sejak mereka duduk di
bangku TK. Globalisasi yang deras tidak harus serta merta ditolak, namun harus
melalui berbagai penyaringan, karena kita tahu globalisasi tidak hanya membawa
dampak negatif melainkan juga dampak positif. Pemuda Indonesia harus memiliki
sifat selektif. Pengaruh yang membawa dampak positif, dirasa penting dan sesuai
dengan kebudayaan bangsa bisa diterima dan diterapkan, namun budaya asing yang
dirasa kurang penting apalagi tidak sesuai dengan kepribadian bangsa harus
segera dihindari. Selain itu Pemerintah Indonesia juga sangat berkontribusi
mengenai masalah ini, pemerintah harus mengikut sertakan pemuda dalam berbagai
kegiatan, agar para pemuda tersebut merasa ikut andil dalam rangka mengisi
kemerdekaan. Pemerintah juga harus bersikap adil dan transparan dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia, agar pemuda
tidak memiliki rasa kecewa terhadap pemeritahan Indonesia yang dapat
menimbulkan perasaan antipasti terhadap bangsa.
Referensi :